Jumat, 12 Oktober 2018

Irama Nyanyian Alam

Selalu indah memaknai setiap untaian nyanyaian alam yang begitu memesona. Saat fajar tiba dibarengi dengan pekikan  ayam jantan menjadi tanda dimemulainya keriuhan. Mengiringi sunrise yang masih terlihat ngantuk muncul, burung kutilang liar bernyanyi saling sahut menyahut diantara embun yang menempel ke daun dan batang semak belukar.

Kacan panjang, cabai, tomat daun singkong yang masih begitu segar antri dipetik di kebun belakang rumah. Suara guyuran air terpecah menyentuh semen kamar mandi mengiringi bumbungan asap dapur rumah tangga untuk menyiapkan sarapan.

Bercak sepatu memenuhi jalan tanah yang masih becek karena siraman hujan sedang tadi malam, menjadi tanda kepergian anak-anak dengan seragam sekolah menuntut ilmu.

Aroma kopi panas dan teh hangat di gelas kaca yang begitu nikmat mengawali aktivitas orang tua sebelum keberangakatan ke tempat kerja.

Tetesan keringat suci membasahi tubuh menjadi saksi kunci keberlangsungan hidup setiap orang yang masih menginjak tanah dan ingin berkembang biak.

Matahari tepat diatas kepala yang membuat benda tak berbayang mengajak tubuh berkeringan untuk sejenak istirahat meregangkan otot yang begitu letih. Nasi, sayur dan lauk yang dibuat dengan kasih sayang tangan lembut menjadi energi baru hingga sore menjemput.

Hembusan angin sore menghantarkan kapas terbang kearah peristirahatan terakhir yang tak ada duanya. Harum bunga mawar memberikan ketenangan dalam persitirahatan sejenak pada kucing malas yang tak pernah kembali berburu tikus.

Sunset indah terlihat lelah mengahantarkan ayam kembali ke kandang menguris kelelawar yang tidur seharian. Keramaian lalat disiang terik tergantikan oleh nyamuk yang siap menghisap setiap darah pemilik yang tak sadar.

Galapnya malam mangajak para burung hantu begandang menjaga setiap pergerakan mangsa yang tak puas atas apa yang didapatnya.

Dinginnya angin malam menuntun ikan di dasar samudra tak tidur semalaman menghitung setiap bintang yang menghiasi langit yang terlihat seperti kunang-kunang.

Tetesan mata air itu terus menerus terulang tak pernah berhenti sampai kini 26 tahun. Hingga pada saat waktunya mengering dan habis digantikan oleh sumber mata air yang baru nan jernih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar