Selasa, 23 Oktober 2018

Battle Los Angeles

We still like playing like we were child.  We ever played marble, swimming and so on.

Now, we are grown old but it's still like we just change our toys or games.

Some of us are playing gun, and some others are playing about trading and chess.

Se work like we played before, don't be stressful, but we have to take it fun.

Jumat, 19 Oktober 2018

Be Careful

Still be careful because only two selection, secure and threat, if not to go to heaven, you must be in hell. So does the happiness, if you lose it. you will suffer. 

That is the choice of life


Selasa, 16 Oktober 2018

Pojok Tak Menarik

Hancurkan abu roko itu,
Bunuh semut hitam yang enggan berjalan itu,
Usap debu yang kotor jendela,
Tiup lilin yang masih tetap menyala dibawah lighting,
Hanguskan, itu mengganggu.

Bersihkan, biar tak ada lagi kepala yang berikat sehelai kain bertuliskan "Tolak Impor Gula".

Jumat, 12 Oktober 2018

Irama Nyanyian Alam

Selalu indah memaknai setiap untaian nyanyaian alam yang begitu memesona. Saat fajar tiba dibarengi dengan pekikan  ayam jantan menjadi tanda dimemulainya keriuhan. Mengiringi sunrise yang masih terlihat ngantuk muncul, burung kutilang liar bernyanyi saling sahut menyahut diantara embun yang menempel ke daun dan batang semak belukar.

Kacan panjang, cabai, tomat daun singkong yang masih begitu segar antri dipetik di kebun belakang rumah. Suara guyuran air terpecah menyentuh semen kamar mandi mengiringi bumbungan asap dapur rumah tangga untuk menyiapkan sarapan.

Bercak sepatu memenuhi jalan tanah yang masih becek karena siraman hujan sedang tadi malam, menjadi tanda kepergian anak-anak dengan seragam sekolah menuntut ilmu.

Aroma kopi panas dan teh hangat di gelas kaca yang begitu nikmat mengawali aktivitas orang tua sebelum keberangakatan ke tempat kerja.

Tetesan keringat suci membasahi tubuh menjadi saksi kunci keberlangsungan hidup setiap orang yang masih menginjak tanah dan ingin berkembang biak.

Matahari tepat diatas kepala yang membuat benda tak berbayang mengajak tubuh berkeringan untuk sejenak istirahat meregangkan otot yang begitu letih. Nasi, sayur dan lauk yang dibuat dengan kasih sayang tangan lembut menjadi energi baru hingga sore menjemput.

Hembusan angin sore menghantarkan kapas terbang kearah peristirahatan terakhir yang tak ada duanya. Harum bunga mawar memberikan ketenangan dalam persitirahatan sejenak pada kucing malas yang tak pernah kembali berburu tikus.

Sunset indah terlihat lelah mengahantarkan ayam kembali ke kandang menguris kelelawar yang tidur seharian. Keramaian lalat disiang terik tergantikan oleh nyamuk yang siap menghisap setiap darah pemilik yang tak sadar.

Galapnya malam mangajak para burung hantu begandang menjaga setiap pergerakan mangsa yang tak puas atas apa yang didapatnya.

Dinginnya angin malam menuntun ikan di dasar samudra tak tidur semalaman menghitung setiap bintang yang menghiasi langit yang terlihat seperti kunang-kunang.

Tetesan mata air itu terus menerus terulang tak pernah berhenti sampai kini 26 tahun. Hingga pada saat waktunya mengering dan habis digantikan oleh sumber mata air yang baru nan jernih.

Selasa, 09 Oktober 2018

Langgar Hukum, Bremmmm Jalan Lenggang

Hari ini aku berangkat kerja seperti biasanya. Keberangkatanku hari ini ada  kejadian menarik. Saat melintasi perempatan di jalan Radio Dalam Jakarta Selatan aku berhenti sejenak, karena lampu jalan berwarna merah. Jarakku dengan rambu lampu jalan agak jauh. Tak lama kemudian lampu dari arahku Mall Pondok Indah arah Blok M berganti, sebentar menguning dan berganti menjadi hijau. 

Kendaraan yang di dekat lampu jalan tertib berjalan mengikuti perintah hukum jalan yang terejawentahkan pada tanda lampu jalan. Setelah beberapa kendaraan di depanku berjalan, tiba-tiba secara mendadak terlihat kopaja dari arah yang berlawanan berjalan kedepan membelah kendaraan dari arahku yang sedang melintas. Sontak orang-orang yang ada di depanku membunyikan kelakson keras-kesar, ada beberapa orang yang bahkan meneriakinya hingga memakinya. 

Aku seketika rem menghentikan kendaraanku tanpa turun dari motor. Aku menunggu orang yang ada di depanku berjalan. Setelah kopaja yang melawan hukum lampu jalan melintas tanpa merasa punya salah, aku bersama pengendara lain yang berada di jalurku kembali berjalan, karena memang lampu jalan masih hijau.

Saat melanjutkan perjalanan,  dalam ingatanku kembali membayangkan kejadian sekilas tadi, aku menikmati kejadian sekejap tadi. Dalam pikiranku aku bertanya kenapa ya supir tadi menerjang lampu jalan? apa karena dia tidak tahu hukum yang termakna dalam lampu merah? ah rasanya engga mungkin seorang sopir di Ibu Kota Indonesia. Tapi ya sudahlah memang begitu hukum kita. Orang yang tahu hukum pun juga melanggar, orang yang jelas salah melanggar hukum dibiarkan tanpa pengadilan, yaaa mungkin akan diadili masyarakat sebentar jadi bahan cemoohan, setelah itu juga jalan lenggang. Kayak kopaja tadi breemmmm jalan lagi...., lenggang lagi.... korupsi lagi.....

Senin, 08 Oktober 2018

Ketenaganku Sadarku

Remang hanya beralas kardus, nada suara kendaraan lalu lalang. Ditemani dua 'monyet' tak berekor bergurau delam diam. Cahaya dari atas tanpa kabel mengintip dari sela-sela daun.

Detik demi detik waktu berlalu, aku sadar telah kehilangan nyawaku terus menerus seiring berputarnya waktu. Aku tak sama sekali merasa merugi, aku sadar setiap nafas yang kuhembus, aku nikmati.

Sedikit aku kecup bibir gelas berisi kopi. Tidak ada yang berbeda dengan kopi biasanya hanya saja kali ini sruputan itu aku nikmati dengan tenang. Aku perhatikan tingkah nyamuk-nyamuk beterbangan mengelilingiku, sesekali aku usir dengan tangan. Aku tenang aku sadar.

Jumat, 05 Oktober 2018

Nada Tangisan Aku

Tepat satu minggu lalu negeriku dirundung pilu. Nyanyian syahdu leyap diguncang tanah yang tak berimbang, keriang hilang ditelan gelombang laut nada tinggi. Ada yang lebih mengejutkan, lantunan irama hanyut terbawa tanah yang mengalir.

Bunga, daun, akar, batang, rindu, porak porak poranda diterjang amukan alam yang tak berimbang. Senja tak lagi indah seperti biasanya ditelan gelap. Suara nyaring serangga pada malm biasanya tak lebih kencang dari tangisanku.

Aku menangis, anak ku, adik ku, bapak ku, mamak ku, tetanggaku, guruku, sesepuhku, temanku semua orang hilang tertelan tanah, hancur dihantam air yang sudah tak lagi asin. Aku sudah kehilangan harta benda dan segala, semua benda yang ada dalam hidupku sudah lenyap ditelan alam. Aku merenanung, kemudian dalam hati yang paling dalam, aku tersadar bahwa yang ada di alam ini akan sangat mudah lenyap dalam sekejap. Aku terus terbayang itu.

Kini aku harus ikhlas atas semua yang telah hilang. Aku harus kembali, kembali bersandar pada pembuat segalanya dan penghancur segalanya. Aku menilai semua yang ada dalam hidup sebanyak apapun akan sangat mudah lenyap dan akan sia-sia. Aku tidak boleh mati semangat, tapi semangatku harus bersandar panda pembuat Alam.

Sabtu (6/10/2018).