POJOKAN
HARGA MATI
By. Ir Ma’ruf
Saat terik matahari mulai reda, dan sayup-sayup matahari mulai menyembunyikan keganasannya, aku
merupakan pojokan sebuah gedung yang menjulang tinggi di Fakultas Ussuludin,
tempat para pemuda dan pemudi mencari dan berjuang demi kehidupan masadepan
yang indah. Aku merupakan sebuah tempat yang sangat istimewa di mata para
aktivis yang intelektual Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) biasanya Mahasiswa
menyebutku (PIUS) Pojkan Inspirasi Usuludin, adapula yang menyebutku Pojokan Intelktual
Ussuludin, entah Inspirasi entah intelektual yang penting nama saya POJOKAN. Setiap
hari Senin dan Rabu saat matahari mulai menyembunyikan keganasannya, tepatnya
pkl 17.00 WIB para Mahasiswa yang haus akan ilmu berbondong – bonding datang menemuiku
untuk mencurahkan gagasan – gagasan dan mendiskusakan kegelisahan – kegelisahan yang berada di
kepala para Mahasiswa.
Saya sangat bangga menjadi tempat dan saksi mati bagi
Mahasiswa yang benar – benar mencari Ilmu.
karena telah kita ketahui Mahasiswa pada zaman modern ini yang
selalu dihadirkan
oleh produk – produk instan siap saji, tanpa melihat dampak yang akan terjadi
pada masa yang akan datang khusus nya Mahsiswa UIN Jakarta,
yang katanya dulu
sangat kental akan kajian – kajian intelektual diskusi sehingga tidak sedikat melahirkan kader
– kader yang sangat berkualitas mulai dari Nur kholis Majid yang sering disapa Cak Nur yang merupakan salah satu Cendekiawan Muslim
Indonesia, Azumardi Azra, Komarudin Kidayat yang saat ini menjadi Rektor
dan masih banyak yang lain yang tidak
bisa
ku sebutkan satu persat. Hal tersebut bisa beliau capai selain didorong oleh semangat
yang kuat mereka juga
selalu membuat tradisi tempat duduk untuk ngopi juga beliau jadikan tempat diskusi.
Tepi apa kenyataan yang kita lihat sekarang, semua
itu sudah menjadi histori, bahkan Mahasiswa
sekarang seakan-akan sudah di ninabobokan oleh sejarah. Mungkin saat ini tokoh – tokoh yang
membuat UIN menjadi
besar meris melihat
keadan yang terjadi saat ini, para Mahasiswa yang pudar akan tradisi
kajian intelektualnya.
Padahal
hal yang tidak bisa dilepaskan sebagai nyawa Mahasiswa yang kritis adalah Mahasiswa yang gemar akan Membaca
dan Diskusi.
Dari sini saya memberikan beberapa usulan kepada
Mahsiswa baik pengurus Komisariat maupun Cabang beserta temen – temen kader
yang telah lebih dulu LK 1 agar memberikan fasilitas mualai dari ngopi bareng, menyiapkan
buku bacaan, teman diskusi, bahkan sampai mengerjakan tugas kuliah, kepada
teman – teman yang baru melakukan Lk 1 maupun yang belum LK. Untuk menghindari
kepada teman – teman yang merasa kurang nyaman dalam diskusi ataupun mambaca
teman – teman yang biasa disebut Kanda memberikan petunjuk agar mengikutkan
para kader untuk memesakuki Lembaga Pengembangan Propesi yang biasa disebut LPP. Demikian gagasan saya
mengenai cara perkaderan yang bagus, tapi ini bukan satusatunya metode
perkaderan yang paling baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar